JIP - “Kendaraan seperti inilah yang sangat paham akan Indonesia sebagai negara agraris,” ucap Brigjen Pol Drs. H Arie Sulistyo saat berbincang tentang Unimog 403 miliknya. “Sadar atau tidak, banyak sendi-sendi ekonomi rakyat yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan, melibatkan Unimog secara langsung. Sebagai orang yang besar di negara agraris, wajar bila tertanam kekaguman pada truk ini,” tutur Wakil Komandan Korps Brigade Mobil (Wakakor Brimob) yang bermarkas di Kelapa Dua Depok, Jawa Barat ini.
Sebagai polisi, tentu Unimog bukanlah sosok yang asing bagi Ari. Truk serbaguna berlambang three pointed star ini telah akrab dengan pria yang hobi menembak ini. “Saya mengenalnya sebagai truk militer. Namun ketertarikan semakin menjadi setelah banyak menyelami literaturnya. Ternyata truk ini memiliki kemampuan serbaguna yang mustahil dilakukan kendaraan lain, terutama dalam dunia pertanian,” ujarnya.
Arie pernah menyaksikan langsung kehandalan truk sejenis saat bertugas di daerah perkebunan pulau Sumatera belasan tahun silam. “Saat itu usai hujan deras, Unimog tersebut tengah merayapi punggungan bukit mengangkut hasil kebon, sembari menarik truk yang tak berkutik karena jalan yang licin,” kenangnya.
Kenangan tersebut tak kunjung pudar, hingga suatu saat dia ditawari Unimog 403. “Ditebus tak perlu pikir panjang,” lanjutnya. Tipe 403 ini masuk dalam katagori light series dalam keluarga besar Unimog. Difokuskan untuk kalangan sipil, khususnya perkebunan, pertanian dan kehutanan.
Ayah tiga anak ini termasuk beruntung. Saat jatuh ke tangannya, 4x4 bermesin diesel 3.7 liter ini tak hanya utuh, namun perlengkapan opsionalnya cukup lengkap. Termasuk winch Power Take Off (PTO) berukuran super yang menempel di haluan. “Tak perlu banyak perbaikan, Unimog kembali berjalan. Memang ada beberapa hal menantang, seperti mendapatkan ban yang sesuai. Itu memerlukan perjuangan gigih dan kesabaran,” ujar pria asal Yogyakarta ini.
Setelah proses restorasi selesai, Arie kembali teringat saat melihat aksi Unimog di areal perkebunan Sumatera. Sebagai orang yang dibesarkan di negara agraris tak terlalu berlebihan apabila truk ini saya anggap sebagai pahlawan,” tutupnya
Yes…. Agri hero..
The Mogger
Unimog merupakan kepanjangan dari Universal Motor Gerat yang kurang
lebih bermakna kendaraan/mesin serbaguna. Kemampuan off-roadnya cukup
disegani sehingga para penggila off-road, terutama di Amerika berikan
julukan sebagai mogger.Ide dasar dari Unimog adalah kendaraan pertanian. Sejarah kelahirannya dimulai pada 1947. Saat itu Jerman menghadapi persoalan pemulihan kondisi negara yang babak belur paska perang dunia II. Sektor pertanian dipandang sebagai salah satu jalan keluar bagi Jerman untuk kembali bangkit. Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan peralatan pertanian yang memadai yang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan pertanian dan perkebunan seperti membajak ataupun memanen. Akan tetapi kendaraan tersebut masih tetap bisa dijadikan sebagai kendaraan harian.
Pada perkembangannya Unimog tak hanya berfungsi sebagai kendaraan pertanian belaka, namun meluas untuk keperluan lain. Unimog pun mulai dipergunakan sebagai kendaraan pembersih salju, pengeboran minyak, kendaraan cross country dan sejumlah tugas khusus lainnya. Lima tahun setelah diakusisi oleh Daimler Benz, tepat di tahun 1955 diperkenalkanlah Unimog 404 yang merupakan versi militer. Model 404 merupakan satu-satunya Unimog yang dilengkapi dengan mesin bensin.
Tipe 403 seperti milik Arie Prasetyo ini merupakan varian yang diproduksi mulai 1963. Dalam kelas light series ini 403 tidak sendirian, melainkan memiliki saudara kandung, yakni 413. Perbedaannya pada panjang wheelbase saja, tidak ada perbedaaan spesifikasi pada girboks, gardan ataupun mesinnya.
Rata-rata Unimog produksi tahun di bawah 1976, hanya mampu dibesut dengan kecepatan maksimal 70 km/jam, sedangkan kecepatan paling rendahnya mampu mencatatkan diri di angka 0,08 km/jam.
Mesin
Mesin diesel berkode OM 314 dalam kondisi sehat sentosa. Bahkan menurut penelusuran, mesin bervolume 3.7 liter ini belum pernah mengalami rekondisi dan sudah dilengkapi dengan sebuah snorkel. Untuk membuka kap motornya, digunakan semacam pengungkit yang bisa dilepas. Lantaran separuh mesin berikut exhaustnya berada di dalam kabin maka sudah barang tentu temperatur kabinnya cukup panas.
Girboks & transmisi
Tak hanya 2 atau 3 tuas, tak tanggung-tanggung jika Unimog yang satu ini memiliki 6 tuas yang dapat langsung disaksikan saat melongok ke dalam kabin. Tuas terbesar merupakan tuas girboks 6 speed manualnya, sedangkan tuas lainnya masing-masing berfungsi sebagai tuas transfercase, differential locker, dan beberapa fungsi lainnya. Butuh waktu untuk memahami sistem kerja peralatan unik yang hanya dimiliki oleh truk rakitan Daimler-Benz AG ini.
Gardan
Gardan portal menjadi ciri khas Unimog sejak diperkenalkan pada tahun 1947. Gardan portal ini menyumbang ground clearance yang cukup signifikan. Karena bukan memfokuskan diri sebagai kendaraan beban, Unimog pun mengadopsi per keong untuk menyokong postur jangkungnya. Dengan per ini Unimog lebih luwes dan fleksibel dalam melahap lintasan berat.
Ban dan pelek
Pelek berdiameter 20 inci dibalut ban Michelin X. Dalam dunia militer, ban radial yang satu ini cukup dikenal, tak hanya untuk Unimog, namun juga pada kendaraan militer ringan lainnya, terutama lansiran Eropa.
Handel traktor
Sebuah handel ditempatkan di sebelah transfercase. Peranti ini untuk mengoperasikan alat penarik kayu yang terpasang pada buritan. Di sinilah sisi unik sebuah Unimog sebagai kendaraan pertanian dan perkebunan.
Interior
Speedometer memang membubuhkan angka 100 km/jam, namun pabrikan hanya mengklaim 70 km/jam sebagai kecepatan maksimal. Sebuah sakelar berbentuk handel unik ditempatkan di samping atas boks speedometer. Piranti ini digunakan untuk memutus arus listrik saat truk ini menyeberangi air yang dalam.
Head lamp
Sepasang lampu utama berbentuk cembung, asli bawaan kendaraan masih terpampang dengan baik pada tempatnya. Tentu lampu lansiran Bosch ini masih berfungsi dengan baik. Selain itu nampak sepasang lampu tambahan yang juga merupakan optional Unimog yang juga dalam kondisi utuh dan orisinal.
PTO
Power take off alias PTO optional dari Daimler Benz nampak terbujur pada moncong 403. Ukurannya tergolong oversize dibandingkan PTO yang biasa kita temui, begitu pun dengan ukuran sling yang digunakan. Peranti berukuran sebesar kambing dewasa ini masih bisa dioperasikan normal.
Bak
Bak belakang model three ways menjadi pilihan kepraktisannya, bisa menaikkan atau menurunkan barang dari tiga sisi yang berbeda. Sedangkan untuk lantainya menggunakan kayu. Hebatnya, lantai kayu ini pun belum pernah diganti sama sekali. Hmmm…kayu apakah yang digunakan? Pemilik truk ini pun ternyata menanyakan hal yang sama..hehehehe.
Spesifikasi
Mesin : OM314 4 silinder inline diesel 3.780 mm 72 hp OEM 403 Unimog
Kabin : OEM 403 Unimog
Sasis : OEM 403 Unimog
Bak : OEM 403 Unimog model threeway
Wheelbase : 2.250mm
Girboks : OEM 403 Unimog 6 speed manual (forward/maju) dan 2 speed (backward/ mundur)
Tranfercase : OEM 403 Unimog dilengkapi dengan central difflock
PTO : Optional 403 Unimog
Gardan : Portal Axle OEM 403 Unimog (depan)
: Portal Axle OEM 403 Unimog (belakang)
Pelek : 20 inci OEM 403 Unimog
Ban : Michelin X 335/80 R20
Per : Coil spring OEM 403 Unimog
Sokbreker : Bilstein
Bengkel : Dikerjakan sendiri