Senin, 14 Januari 2013

1 Mercedes Benz Unimog 066/403 1975, "AgriHero"





JIP - “Kendaraan seperti inilah yang sangat paham akan Indonesia sebagai negara agraris,” ucap Brigjen Pol Drs. H Arie Sulistyo saat berbincang tentang Unimog 403 miliknya. “Sadar atau tidak, banyak sendi-sendi ekonomi rakyat yang berhubungan dengan pertanian dan perkebunan, melibatkan Unimog secara langsung. Sebagai orang yang besar di negara agraris, wajar bila tertanam kekaguman pada truk ini,” tutur Wakil Komandan Korps Brigade Mobil (Wakakor Brimob) yang bermarkas di Kelapa Dua Depok, Jawa Barat ini.       
Sebagai polisi, tentu Unimog bukanlah sosok yang asing bagi Ari. Truk serbaguna berlambang three pointed star ini telah akrab dengan pria yang hobi menembak ini. “Saya mengenalnya sebagai truk militer. Namun ketertarikan semakin menjadi setelah banyak menyelami literaturnya. Ternyata truk ini memiliki kemampuan serbaguna yang mustahil dilakukan kendaraan lain, terutama dalam dunia pertanian,” ujarnya.
Arie pernah menyaksikan langsung kehandalan truk sejenis saat bertugas di daerah perkebunan pulau Sumatera belasan tahun silam. “Saat itu usai hujan deras, Unimog tersebut tengah merayapi punggungan bukit mengangkut hasil kebon, sembari menarik truk yang tak berkutik karena jalan yang licin,” kenangnya.
Kenangan tersebut tak kunjung pudar, hingga suatu saat dia ditawari Unimog 403. “Ditebus tak perlu pikir panjang,” lanjutnya. Tipe 403 ini masuk dalam katagori light series dalam keluarga besar Unimog. Difokuskan untuk kalangan sipil, khususnya perkebunan, pertanian dan kehutanan.
Ayah tiga anak ini termasuk beruntung. Saat jatuh ke tangannya, 4x4 bermesin diesel 3.7 liter ini tak hanya utuh, namun perlengkapan opsionalnya cukup lengkap. Termasuk winch Power Take Off (PTO) berukuran super yang menempel di haluan. “Tak perlu banyak perbaikan, Unimog kembali berjalan. Memang ada beberapa hal menantang, seperti mendapatkan ban yang sesuai. Itu memerlukan perjuangan gigih dan kesabaran,” ujar pria asal Yogyakarta ini.
Setelah proses restorasi selesai, Arie kembali teringat saat melihat aksi Unimog di areal perkebunan Sumatera. Sebagai orang yang dibesarkan di negara agraris tak terlalu berlebihan apabila truk ini saya anggap sebagai pahlawan,” tutupnya
Yes…. Agri hero..
The Mogger
Unimog merupakan kepanjangan dari Universal Motor Gerat yang kurang lebih bermakna kendaraan/mesin serbaguna. Kemampuan off-roadnya cukup disegani sehingga para penggila off-road, terutama di Amerika berikan julukan sebagai mogger.
Ide dasar dari Unimog adalah kendaraan pertanian. Sejarah kelahirannya dimulai pada 1947. Saat itu Jerman menghadapi persoalan pemulihan kondisi negara yang babak belur paska perang dunia II. Sektor pertanian dipandang sebagai salah satu jalan keluar bagi Jerman untuk kembali bangkit. Dalam kondisi seperti ini, dibutuhkan peralatan pertanian yang memadai yang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan pertanian dan perkebunan seperti membajak ataupun memanen. Akan tetapi kendaraan tersebut masih tetap bisa dijadikan sebagai kendaraan harian.
Pada perkembangannya Unimog tak hanya berfungsi sebagai kendaraan pertanian belaka, namun meluas untuk keperluan lain. Unimog pun mulai dipergunakan sebagai  kendaraan pembersih salju, pengeboran minyak, kendaraan cross country dan sejumlah tugas khusus lainnya. Lima tahun setelah diakusisi oleh Daimler Benz, tepat di tahun 1955 diperkenalkanlah Unimog 404 yang merupakan versi militer. Model 404 merupakan satu-satunya Unimog yang dilengkapi dengan mesin bensin.
Tipe 403 seperti milik Arie Prasetyo ini merupakan varian yang diproduksi mulai 1963. Dalam kelas light series ini 403 tidak sendirian, melainkan memiliki saudara kandung, yakni 413. Perbedaannya pada panjang wheelbase saja, tidak ada perbedaaan spesifikasi pada girboks, gardan ataupun mesinnya.
Rata-rata Unimog produksi tahun di bawah 1976, hanya mampu dibesut dengan kecepatan maksimal 70 km/jam, sedangkan kecepatan paling rendahnya mampu mencatatkan diri di angka 0,08 km/jam.  

Mesin
Mesin diesel berkode OM 314 dalam kondisi sehat sentosa. Bahkan menurut penelusuran, mesin bervolume 3.7 liter ini belum pernah mengalami rekondisi dan sudah dilengkapi dengan sebuah snorkel. Untuk membuka kap motornya, digunakan semacam pengungkit yang bisa dilepas. Lantaran separuh mesin berikut exhaustnya berada di dalam kabin maka sudah barang tentu temperatur kabinnya cukup panas.
Girboks & transmisi
Tak hanya 2 atau 3 tuas, tak tanggung-tanggung jika Unimog yang satu ini memiliki 6 tuas yang dapat langsung disaksikan saat melongok ke dalam kabin. Tuas terbesar merupakan tuas girboks 6 speed manualnya, sedangkan tuas lainnya masing-masing berfungsi sebagai tuas transfercase, differential locker, dan beberapa fungsi lainnya. Butuh waktu untuk memahami sistem kerja peralatan unik yang hanya dimiliki oleh truk rakitan Daimler-Benz AG ini.
Gardan
Gardan portal menjadi ciri khas Unimog sejak diperkenalkan pada tahun 1947. Gardan portal ini menyumbang ground clearance yang cukup signifikan. Karena bukan memfokuskan diri sebagai kendaraan beban, Unimog pun mengadopsi per keong untuk menyokong postur jangkungnya. Dengan per ini Unimog lebih luwes dan fleksibel dalam melahap lintasan berat.
Ban dan pelek
Pelek berdiameter 20 inci dibalut ban Michelin X. Dalam dunia militer, ban radial yang satu ini cukup dikenal, tak hanya untuk Unimog, namun juga pada kendaraan militer ringan lainnya, terutama lansiran Eropa.
Handel traktor
Sebuah handel ditempatkan di sebelah transfercase. Peranti ini untuk mengoperasikan alat penarik kayu yang terpasang pada buritan. Di sinilah sisi unik sebuah Unimog sebagai kendaraan pertanian dan perkebunan.
Interior
Speedometer memang membubuhkan angka 100 km/jam, namun pabrikan hanya mengklaim 70 km/jam sebagai kecepatan maksimal. Sebuah sakelar berbentuk handel unik ditempatkan di samping atas boks speedometer. Piranti ini digunakan untuk memutus arus listrik saat truk ini menyeberangi air yang dalam.
Head lamp
Sepasang lampu utama berbentuk cembung, asli bawaan kendaraan masih terpampang dengan baik pada tempatnya. Tentu lampu lansiran Bosch ini masih berfungsi dengan baik. Selain itu nampak sepasang lampu tambahan yang juga merupakan optional Unimog yang juga dalam kondisi utuh dan orisinal.
PTO
Power take off alias PTO optional dari Daimler Benz nampak terbujur pada moncong 403. Ukurannya tergolong oversize dibandingkan PTO yang biasa kita temui, begitu pun dengan ukuran sling yang digunakan. Peranti berukuran sebesar kambing dewasa ini masih bisa dioperasikan normal.
Bak
Bak belakang model three ways menjadi pilihan kepraktisannya, bisa menaikkan atau menurunkan barang dari tiga sisi yang berbeda. Sedangkan untuk lantainya menggunakan kayu. Hebatnya, lantai kayu ini pun belum pernah diganti sama sekali. Hmmm…kayu apakah yang digunakan? Pemilik truk ini pun ternyata menanyakan hal yang sama..hehehehe.

Spesifikasi
Mesin                 : OM314 4 silinder inline diesel 3.780 mm 72 hp   OEM 403 Unimog
Kabin                 : OEM 403 Unimog
Sasis                 : OEM 403 Unimog
Bak                     : OEM 403 Unimog model threeway
Wheelbase       : 2.250mm
Girboks              : OEM 403 Unimog 6 speed manual (forward/maju) dan 2 speed (backward/ mundur)
Tranfercase      : OEM 403 Unimog dilengkapi dengan central difflock
PTO                    : Optional 403 Unimog
Gardan              : Portal Axle OEM 403 Unimog (depan)
                            : Portal Axle OEM 403 Unimog (belakang)
Pelek                 : 20 inci OEM 403 Unimog
Ban                    : Michelin X 335/80 R20
Per                    : Coil spring OEM 403 Unimog
Sokbreker        : Bilstein
Bengkel            : Dikerjakan sendiri
 

0 Yamaha Mio, Low Rider Sangar Berkelir Hitam



Ada-ada saja yang dilakukan Albert dari AS Motoshop ini. Adi Wicaksono yang tak lain konsumen tokonya sendiri diracunin. Eits, bukan racun buat bunuh orang, melainkan doi racuni Adi untuk lakukan modifikasi pada motornya.

Konsep yang diusung memang low rider. Tapi, urusan warna dibuat lebih klimis. Layaknya mafia di film-film yang selalu berpenampilan rapi dan klimis. Basic Mio pertama yang diubah bagian bodi dilabur cat warna hitam. Makanya mirip mafia di film yang serba berpakaian hitam.

Full bodinya diganti dengan bodi set Yamaha Fino Thailand. Memang tak terlalu sulit, karena Albert hanya melakukan penyesuaian pada beberapa dudukan bodi barunya. Bodi Fino Thailand ini dibuat lebih elegan lagi dengan aplikasi beberapa part variasi.

Pernak-pernik part aftermarket pendukung dipilih dengan warna yang lebih eye catching. Ini jadi pendukung penampilan lainnya yang cukup menarik. Dengan begitu part tersebut lebih kinclong terlihat. Apalagi bagian pelek juga aplikasi dengan ukuran cukup dan lebar dengan warna krom.

Kalau ngomongin detail, Mio berbaju Fino Thailand ini selain mengusung aliran low rider ternyata dikombinasikan dengan bobber juga. “Sekilas memang tampak bobber karena pakai ban besar yang ukurannya hampir sama,” jelas Albert.

Untuk mendapatkan ciri aliran low rider, builder yang punya toko dan bengkel di Jl. Otista Raya No. 28, Jakarta Timur ini menggunakan engine mounting custom. “Sumbu roda jadi molor 30 cm,” terangnya.

Mengimbangi beban yang berat, dilakukan lagi modifikasi pada mesinnya. “Mesin sudah bore up, kapasitasnya 150 cc. Ditambah karburator ori Honda NSR SP,” tutup Adi. Ubahan mesin ini cukup membantu. Ditambah CDI BRT-Bintang Racing Team Dual Band. 
 
DATA MODIFIKASI
Ban depan : Swallow 120/70-14
Ban belakang : Swallow 150/60-14
Cat : Sikkens
Sok belakang : YSS
Pelek : Rotora

0 Honda C-70, Si Tua Bikin Jatuh Cinta

Modif Honda C-70, 1981 (Jakarta)

Honda C-70, Si Tua Bikin Jatuh Cinta

Iseng pinjem motor yang sudah dimodifikasi jadi Honda C 70, bikin Marco Bain jatuh cinta. Tapi, bukan jatuh cinta kepada yang punya motor, melainkan tergoda rayuan motor tua yang sekarang sedang booming.

“Pas pinjem Honda Prima yang sudah dimodif jadi C 70, kepingin punya juga. Tapi, basicnya harus harus C 70 tulen biar lebih tua,” curhat pria berkacamata yang nengok dipanggil Marco.

Keinginan Marco langsung tersalurkan saat mendapat Honda C 70 dari seorang teman. Namun untuk permak si tua agar tampil lebih cantik, sexy dan enak di ‘pake’, Marco coba browsing di mang Google biar dapat inspirasi.

Saat Marco yang bukan pembalap MotoGP ini searching di salah satu web motor Jepang, doi tergoda oleh motor yang dimodifikasi ala lembaga Pos Jepang. “Nah, setelah melihat bernuansa pos, jadi kepikiran bikin tema yang sama,” paparnya.

Walau pun bernuansa kantor pos, tapi enggak dibikin semirip mungkin dengan tunggangan bapak pengantar surat. Melainkan memilih kelir khas amplop dan sentuhan detailing seperti prangko Suharto tahun 1983 seharga 500 perak dan cap stempel Pos Indonesia.

Semuanya lewat detailing ukiran pen brush, Tomi Airbrush yang punya workshop di Jl. Kebon Raya, Duri Kepa, No. 103  Jakarta Barat. Hasil ukiran tangan Tomi Airbrush, harus diajungi jepol, pasalnya prangko Pak Suharto terlihat sangat realis.

Agar tampilan si tua semakin cantik, kinclongisasi juga ikut ditempuh dibeberapa bagian seperti blok mesin dan beberapa part pendukung lainnya.

Untuk sepatu si sexy, dipilih ban berukuran kecil dan jari-jari rapat berjumlah 72 disetiap peleknya. Lampu pendukung, sudah tertata rapi tapi kok spion enggak ada ya he.. he... Awas disumprit polisi ah.

Enggak lupa sebagai pengambdian kepada Negara Indonesia, lambang Garuda ikut diukir di box sebelah kanan. Juga lambang 234 SC Jakarta Barat, yang merupakan komunitas yang menaungi Marco. “Cat dan clear pakai Spies Hecker,” kata Marco.



DATA MODIFIKASI
Sok belakang: Honda Grand
Handgrip: Variasi
Tomi Airbrush:  (021) 565 2607

0 Yamaha Mio Soul, Iseng Dapat Sponsor


Biasanya iseng-iseng berhadiah. Tapi, buat Billy Kristian, juragan Jail Autobodywork Custom di Jl. Caman Raya, Jatibening, Bekasi, isengnya mendatangkan sponsor.

"Sudah 90%. Sebentar lagi dapat sponsor," bisik Billy yang modifikasi Soul milik Renville Lie ini dengan airbrush salah satu merek rokok. Renville Lie pasrah soal pilihan cat bodi usulan Billy. "Kalo dapat sponsor kan lumayan," kekehnya.

Pantas saja spon­sor langsung kepincut, intip ubahannya. Pelek standar tergusur dengan pelek mobil. Dipilih pelek dari pelek Suzuki Carry yang dibelah, sehingga terlihat benar-benar kekar. Pelek lebar dikombinasi dengan jari-jari ala low rider. 

Karena sok sudah diubah, dudukan monosok pun diganti. Monosok yang awalnya di samping dipindahkan ke tengah. Dudukan baru memanfaatkan pelat setebal 4 mm.

"Pembuatan dudukan baru harus benar-benar pas. Agar sok tidak mentok ke karbu," lanjut modifikator yang selalu nenteng iPad ini.

Karena pelek sudah berubah lebih besar, otomatis beban mesin bertambah. Untuk mendukung kerja mesin, Billy sedikit menaikkan power mesin. "Cukup korek harian. Oversize 100," lanjut modifikator yang sedang menyelesaikan S2 ini.

Ubahan bodi, Billy mengandalkan customnya. Di bagian batok lampu depan mirip punya BeAT yang nempel dengan setang longbar yang dicustom ala Jail. Sedangkan bodi belakang batok lampunya mirip punya sodara satu pabrikannya, Jupiter MX.

Saluran buang,dibuat lebih besar menyesuaikan peleknya yang lebar. Untuk itu Billy mengandalkan custom dari Knalpot IMS milik Chuenk yang lokasinya tidak jauh dari Jail Bodywork. 

Low rider kalau musim hujan mudah kena cipratan. Billy membuatkan hugger untuk mengurangi menghalanginya. "Namanya hugger model Batman," kekehnya. Wah..bisa terbang dong...

0 Yamaha New Scorpio, Kepincut Karena Uniknya!

Modif Yamaha New Scorpio, 2012 (Jakarta)

Yamaha New Scorpio, Kepincut Karena Uniknya!

Menurut Alex B. Firmansyah, Aprilia RSV4 punya tampilan unik. Sehingga, ‘membius’ buat memilikinya. Tapi, karena dana belum sampai untuk menebus tunggangan yang membawa Max Biaggi Juara Dunia WSBK 2012 itu, akhirnya doi tempuh 'paket hemat'.

“Saya memang kagum bentuknya, tidak pasaran. Tadinya sempat terpikir ambil basis dari Kawasaki Ninja 250. Tapi, setelah konsultasi dengan Rudi, akhirnya pakai New Scorpio Z,” beber pria yang tinggal di Kedoya, Kebon Jeruk, Jakarta Barat itu.

Ya! Dalam urusan ini, Alex mempercayakan ke Rudi Gunawan yang juragan rumaha modifikasi Berkat Motor. Pertimbangan pilih Scorpio, karena motor juga hanya untuk sekadar pakai. Bukan untuk aktivitas harian.

Maka itu, Scorpio yang ketika dibawa ke workshop belum keluar pelat nomornya itu pun mengalami pemotongan sub frame. “Sasis belakang dibikin baru dari pipa besi 1/2 inci.

Tapi, tidak terlalu panjang, hanya untuk pengendara saja. Sesuai permintaan pemilik, motor ini ingin dibuat single seater,” bilang Rudi dari workshop-nya di Jl. Ciledug Raya No.1E, Kreo, Tangerang.

Usai bermain sasis, Rudi ‘fitting’ baju Aprilia ke sasis Scorpio. Berkat sasis baru, kini tampilan bodi belakang terlihat lebih naik alias nungging layaknya RSV4 aslinya. Bodi yang dibuat dari bahan fiberglass itu, meliputi bagian sepatbor, fairing, tangki dan bodi belakang. Tak tertinggal, deltabox juga dibuat dari bahan yang sama dengan model yang sama juga dengan RSV4.

Karena versi motor harian, bukan balap, maka lampu depan ikut dipasang. Biar tampil sedikit mewah, headlamp mengusung lampu fog lamp milik Toyota Rush yang bentuknya membulat. Lampu ini pun terpasang di sisi kanan-kiri cover depan.

Oh ya! Karena postur badan Alex tidak terlalu tinggi dan doi juga ingin kedua kaki menapak penuh ke tanah buat menyangga ‘duplikat’ RSV4 ini, akhirnya Rudi menyesuaikan sudut unitrack di lengan ayun belakang.

Pakai swing arm milik Suzuki GSX-R750, proses pemasangannya tak terlalu repot. Karena kontruksi arm punya bentuk yang sama. Yaitu, A. Jadi, modifikator 38 itu tahun tinggal menggeser sudut unitrack milik GSX agak lebih maju. Sehingga ketinggian belakang sedikit lebih rendah. Wah, bener tuh!. 

SETANG CUSTOM HINDARI MENTOKNamanya juga motor custom, sampai bagian setang juga ikut dibuat ulang. Bukan beli jadi. Eit! Kenapa begitu, tentu ada alasannya dong.

“Pertimbangannya karena kalau pakai setang Suzuki GSX400 atau setang motor lain, mentok. Bagian atas mentok fairing, ke bawah mentok tangki. Jadi, lebih baik diakali dengan setang handmade,” beber Rudi.

Dengan upside down milik GSX-R400, setang baru ini dibikin tetap model jepit. Hanya saja, setang memakai milik Ninja 150 yang model biasa lalu dipotong kiri-kanannya hingga sepanjang bagian sakelar.

Lalu, setang ini dilas ke pelat besi tebal 1 cm. Tapi, pelat besi ini sebelumnya dibentuk dulu agar mendapatkan sudut yang pas dan tidak mentok lagi. Sebagai pemandu berkendara, spidometer New Scorpio tetap dipakai. Tentunya dengan sedikit dipermanis cover.(motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan: Pirelli 120/70-17
Ban belakang: Pirelli 180/55-17
Knalpot: Tri Ovale Custom BM
Pelek belakang: Suzuki GSX-R750 5,5 x 17   
Berkat Motor: (021) 935-17093
 

the persneleng Copyright © 2011 - |- Template created by O Pregador - |- Powered by Blogger Templates